Kamis, 29 Januari 2009

ARTIKEL TERBAIK BULAN JANUARI 2009

Angkatan 2006
Nur isnaini
Manajemen

Business’s Opportunity is Everywhere

by : Nur Isnaini*

Many student in University still confused about their goals after gratuated from their study. Since years ago, many student only focusing on how to get job after gratuated. Besides that, they don’t think deeply about another things like doing business. In Indonesia, only 2 % people are enterpreneur. Actually, a country called welfare if people doing business minimum is 18 %. That’s why our country doesn’t welfare untill now.

As student, we should take this challenge. We should think more than usuall people think or think ordinary. Many choices in front of student when they have gratuated. The quastion now is which choice will they choose. Looking for a job, just waiting for the job, or become an enterpreneur. Life is choice, but it’s very important in every single day of human that the choice have chosen will decided the destiny of life.

It’s better for student, to start business from now. Sometimes, we are confused about business will be doing. But actually, business’s opportunity is everywhere. It can we get from many things, from example from our hobbies. If someone happy in doing business, it must be sure that the business will be going easy.

One thing that need to we think is don’t worry about fund. We can borrow our friend or borrow the bank. The important thing is our willingnes to do the business. If we want, we can. It is not necessary to get shay when we have to sell donuts at Simpang lima. Or we can take chances in our surrounding. For example, we want t start laundry business. But, we have problem about that. First, we do’t have enough money to buy washing machine. Second, we don’t have places for location of the business.

Well, there are easy things we don’t ever think before that we can asking for mothers who lives in our society to wash the clothes and give them salary. That’s it and the problem was solved. It means that we don’ t need to buy washing machine and decide location of our business, because it was handled by mothers.

The creativity is absolutely necessary for doing business. Without creativity, our business is standard, there is no the differnce between other same business. Differences is unique. God have creataed peoples in difference characteristic, potency and ability.

Now, how to get inspiration for creating creativity? It is not easy, but it could be. Creativity makes us for think out of the box. We can see many things outside. Life is so beautiful, many chances there. The most important thing is we want to catch that chances and do the best for anything.

* Student of Management

Diponegoro University



Angkatan 2007
Ana Aizaturraifah
Ilmu Kelautan

MENYONGSONG KAMPUS MADANI

Perlukah pola hidup madani diterapkan di lingkungan kampus? Terlebih untuk Universitas Diponegoro yang strategis dan berpotensi menjadi kampus madani. Kadang kala kita mendengar dan membaca istilah madani. Namun, masih bingung untuk menjelaskannya. Sebelum berbicara tentang konteks kampus madani, perlu ada beberapa acuan. Secara implisit, istilah madani diartikan sebagai sebuah kondisi madaniyah dengan berkaca pada fase madinah di zaman Rasulullah saw. Secara eksplisitnya, istilah madani berkembang sebagai perwujudan suatu keadaan. Nyaman, damai, teratur, adil, sejahtera merupakan lukisan hidup berpola madani. Namun, jangan hanya dijadikan lukisan hidup, perlu ada implementasi segera baik mulai dari diri sendiri hingga lingkungan publik.

Konsep membangun kampus madani tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun, istilah madani sudah menjadi angin semilir dunia kampus. Namun, sedikit disayangkan, pola hidup ini jangan hanya dijadikan sebagai wacana belaka. Sedikit beberapa warga kampus yang sadar akan pola hidup madani. Dari generasi ke generasi telah disosialisasikan tetapi belum jelas konsep yang diterapkan.

Dalam Renovasi Dakwah Kampusnya, Arya Sandhiyudha (2006:104-106) menjelaskan setidaknya ada 9 poin yang kemudian menjadi ciri dari sebuah kampus madani. 8 dari 9 poin tersebut antara lain:

Religious, pengembangan nuansa religius tidak hanya tugas dari unit kegiatan kemahasiswaan yang bersifat ruhiyah. Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan fasilitas yang ada. Fasilitas dalam meningkatkan wawasan religius dapat diakses dengan mudah. Misalnya, melalui forum kajian, taujih, konsultasi. Dengan demikian, warga di kampus tidak hanya memahami teorinya saja melainkan mampu mengaplikasikannya pula. Semua warga kampus seperti dosen, karyawan tata usaha, mahasiswa, satpam dan yang lain perlu adanya kesadaran pribadi dalam mewujudkan nuansa terserbut. Misalnya, saat mendengar adzan semua warga kampus yang beragama islam berlomba-lomba menunaikan sholat berjamaah. Waktu itu diusahakan semua kelas-kelas kosong. Inilah yang menjadi tolak ukur terwujudnya nuansa kampus madani yang religius.

Institusional, dalam mewujudkan kampus madani adalah terdapatnya institusi-institusi yang profesional dan kredibel. Institusi ini berperan sebagai penopang pada dinamika kampus itu sendiri seperti BEM, Himpunan. Selain institusi kemahasiswaan juga dapat berasal dari institusi mandiri bahkan institusi yang secara langsung dikelola oleh pihak birokrasi kampus yang sesuai dengan kredibel bidangnya. Institusi-institusi ini akan memberikan pelayanan terhadap seluruh stakeholder di kampus.

Constitutional, poin ini mencerminkan aturan lengkap yang melingkupi dan menopangi aspirasi warga kampus. Seluruh komponen kampus mampu menikmati haknya, dan dapat menuntut jika haknya dirampas. Selain itu, ada beberapa aturan yang menjadi ketetapan bersama. Oleh karena itu, jika terdapat pelanggaran maka dapat diberikan sanksi moral maupun kesepakatan bersama dalam aturan tersebut.

Terdidik (Intellectual), civitas madani adalah masyarakat yang mencintai ilmu dan cita peradaban. Seluruh komponen dikampus mampu meningkatkan kredibilitas moral maupun social dengan professional.

Cinta damai (Peaceful Oriented), generasi kampus madani mampu mencerminkan keharmonisan antar komponen. Saling mencintai satu sama lain tanpa memandang perbedaan.

Egaliter (Egalitarian), civitas madani adalah masyarakat yang tidak membedakan warganya atas simbol-simbol duniawi. Merdeka dari feodalisme dan senioritas, serta budaya lain yang dibangun atas pembedaan kasta umur, usia, jabatan, atau pekerjaan.

Justice (Berkeadilan), perlakuan adil ini tidak memandang bulu. Terutama distribusi beasiswa harus ada kriteria yang jelas. Bukan malah bertindak kolusi.

Technology Oriented (berorientasi kepada teknologi), dalam kampus madani tidak dikenal lagi gaptek. Teknologi ini dimanfaatkan di jalan kebaikan bukan untuk mengembangkankan tindakan maksiat. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas yang mudah diakses seperti warnet gratis yang tidak lola maupun perpustakaan maya.

Tidak hanya semangat yang dibutuhkan dalam upaya mewujudkan kampus madani melainkan konsep dan strategi yang tepat. Prestasi adalah pilihan. Ingin memperoleh prestasi yang biasa atau luar biasa. Begitu pula, dalam mewujudkan kampus madani. Paradigma negatif tentang perbedaan paham antar golongan perlu dibuang jauh. Dengan demikian, paradigma hidup yang memandang perbedaan tidak perlu dipermasalahkan. Namun, bagaimana kita harus bertoleransi dalam menyikapi perbedaan itu.

Sebagai generasi intelektual islam, marilah kita mengkrucutkan untuk menyongsong hidup madani mulai dari diri sendiri,dari hal yang kecil, dan melakukannya sekarang juga. Universitas yang maju bukanlah universitas yang tersohor dengan hasil risetnya. Namun, bagaimana komponen kampus tersebut dapat hidup rukun, nyaman, damai, dan tentram.



Angkatan 2008
Insani Utami
Teknik Kimia

Antara

Mahasiswa dan GAZA

Israel membuat ulah pada beberapa hari terakhir mendekati pergantian tahun baru, baik tahun baru Hijriah maupun Masehi. Serangan yang dilakukannya terhadap lokasi-lokasi penting di Gaza, Palestina, mendatangkan kecaman dari berbagai negara di segala penjuru dunia, terutama dari negara-negara Muslim dan dunia Arab. Kecaman itu beralasan karena serangan ini menyebabkan tewasnya ratusan warga sipil tak berdosa dan ribuan lainnya luka-luka. Kebanyakan warga sipil yang menjadi korban Israel adalah wanita dan anak-anak yang tak tahu apa-apa. Itu merupakan pelanggaran kemanusiaan terbesar di penghujung tahun 2008. Selain itu, serangan tersebut juga memberi luka tersendiri bagi kalangan Muslim karena bertepatan dengan Tahun Baru 1430 Hijriah.

Berdasarkan KOMPAS yang terbit hari Rabu tanggal 31 Januari 2008, keputusan Israel menyerang Gaza merupakan sikap politik untuk menumpas habis jantung kekuatan Hamas. Dimana saat ini, Hamas merupakan musuh Israel karena mereka merupakan faksi politik terbesar yang diduga kuat akan memenangi pemilu 2009 Palestina. Oleh sebab itu, serangan Israel diduga kuat sebagai paket untuk melumpuhkan kekuatan Hamas menjelang pemilu yang akan menentukan arah politik Israel-Palestina pada tahun-tahun mendatang. Dengan berkurangnya kekuatan Hamas, pihak Fatah yang merupakan sahabat karib Israel dan Amerika Serikat dapat memenangi pemilu dengan mudah.

Sekarang yang ada dibenak kita setelah membaca pernyataan dari KOMPAS tersebut adalah benarkah serangan Israel ke Palestina ini murni karena masalah politik? Ataukah ada alasan lain atas tindakan Israel yang tidak berperikemanusiaan tersebut? Lalu peran apakah yang harus kita mainkan sebagai seorang mahasiswa dalam menanggapi konflik Gaza tersebut???

Sebagai seorang mahasiswa, kita tentunya dituntut mempunyai pemikiran yang kritis dalam menanggapi masalah Timur Tengah tersebut. Aspirasi kita dalam menyelesaikan konflik tersebut sangat diperlukan apalagi kita termasuk orang-orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Bagaimana langkah yang harus diambil agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan jalan damai merupakan hal yang harus dipikirkan salah satunya oleh mahasiswa. Selain itu, sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa Muslim, kita hendaknya menggalang persatuan, bantuan dana dan tenaga sukarela untuk membantu perjuangan rakyat Palestina dalam menghadapi Israel. Protes anti-Israel dan sekutunya perlu dilakukan dan pemboycottan produk-produk merekapun juga akan membantu dalam mengurangi jumlah pemasukan Israel. Dengan demikian, mereka akan mengalami keterbatasan dana untuk melakukan serangan ke Palestina. Di lain pihak, kita sebagai mahasiswa pada khususnya dan umat Muslim pada umumnya harus menghimpun kekuatan dan persatuan untuk membantu pejuang Palestina dalam melawan Israel. Dengan jumlah umat Muslim yang merupakan mayoritas jumlah penduduk dunia, jika kita bersatu maka kita pasti akan dapat membantu Palestina keluar dari agresi yang dilakukan Israel. Sehingga pada akhirnya, kemenangan akan dapat dirasakan oleh rakyat Palestina pada khususnya dan umat Muslim pada umumnya.


"SELAMAT KEPADA PARA ETOSER ARTIKEL TERBAIK BULAN JANUARI 2009"

Kamis, 01 Januari 2009

Beasiswa Kuliah

demi masa depan bangsa salah satu dari Program Dompet Dhuafa Republika melalui Lembaga Pengembangan Insani yaitu Beastudi Etos

Beastudi Etos

Beastudi Etos adalah beastudi untuk mahasiswa berpotensi namun memiliki keterbatasan ekonomi di sebelas perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Bentuk beastudi yang diberikan adalah biaya masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, akomodasi asrama selama tiga tahun, uang saku sebesar Rp 350.000,00 – Rp 400.000,00 per bulan selama tiga tahun, dan pelatihan pengembangan diri (self development training).

I. Latar Belakang

  1. Potensi kaum dhuafa yang kurang tersalurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
  2. Biaya kuliah semakin tidak terjangkau
  3. Perlu upaya sistematis untuk membangun mental dan karakter mahasiswa dari kalangan tidak mampu

II. Visi Program

  1. Memutuskan rantai kemiskinan
  2. Membentuk generasi mandiri secara ekonomi, dan sikap

III. Struktur organisasi

Koordinator NasionalBambang Suherman, M.Si
Asisten Program KeuanganZainal Umuri
Asisten Program PembinaanMardiyanti
Koordinator Wilayah Padang Osmarwan Putra
Koordinator Wilayah JakartaAbdurrahman
Koordinator Wilayah BogorAsep Nurhalim
Koordinator Wilayah Bandung Hartanto
Koordinator Wilayah SemarangEffendi Nugroho
Koordinator Wilayah JogjaAkbar K Setiawan
Koordinator Wilayah SurabayaNurul Aisyah
Koordinator Wilayah MalangEra Catur Prasetya
Koordinator Wilayah MakassarAnwar

IV. Ketentuan pemberian Beastudi Etos

  1. Biaya masuk perguruan tinggi
  2. SPP semester I dan II
  3. Uang saku sebesar Rp. 350.000,00 – Rp 400.000,00/bulan (tergantung wilayah) selama tiga tahun
  4. Akomodasi asrama selama tiga tahun
  5. Pelatihan pengembangan diri (Self Development Training)

V. Empat domain pembinaan

  1. Akademik
  2. Agama
  3. Pengembangan Diri
  4. Sosial

Beasiswa Kuliah Luar Biasa


Negara ini masih mempunyai masalah kompleks yang menuntut untuk segera diselesaikan. Rendahnya angaka pendapatan, tingginya angka pengangguran dan meningkatnya angka kemiskinan semakin membuat miris, ironi sekali ketika secara Sumber Daya Alam indonesia sangat kaya namun dalam kenyataannya predikat sebagai negara berkembang masih ia sandang. sebenarnya apa maslah yang menjadi intinya? tidak lain semua itu karena masih rendahnya tingkat kualitas SDM masyarakat Indonesia yang menjadi indikator rendahnya pendidikan Indonesia. tidak ayal karena semakin hari komersialisasi pendidikan semakin nyata menjerat rakyat. bagaimana bisa mengelola SDA ketiaka SDM minim, bagaimana mau meningkatkan SDM ketika pendidikan mahal . taggung jawab bersama kemudian bangaimana pendidikan berkualitas bisa terjangkau masyarakat kecil menengah-kebawah.

pemerintah dengan program wajib belajar 9 tahunnya belum mampu menjawab tantangan. seiring perkembangan jaman pendidikan tingkat perguruan tinggi menjadi kebutuhan. hanya saja sampai detik ini baru 3% dari masyarakat yang mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi. dan dari jumlah yang minim ini berapa yang sesuai dan mampu menembus tantangan dunia kerja global.

butuh terobosan untuk masalah kompleks ini. siapa yang harus bertanggung jawab? kita....